Saat Perang Salib itulah, peradaban Barat mulai mencari rahasia
teknologi tempa baja yang dikuasai dunia Islam. Tentara Perang Salib
menyebut baja yang hebat dari Damaskus itu dengan sebutan Damascus
Steel. Teknologi pengolahan besi dan baja Damaskus kesohor karena mampu
menempa dan mengeraskan wootz steel menjadi indah dan lentur.
Dunia Islam dikenal memiliki kandungan sumber daya alam yang melimpah
ruah. Salah satu sumber mineral yang memiliki arti penting dalam
sejarah teknologi Islam adalah besi dan baja. Di era kejayaan Islam,
berkembang pesat teknologi pengolahan besi dan baja serta seni membuat
pedang.
Salah satu sentra pembuatan pedang dengan teknologi yang termasyhur
di zaman kekhalifahan adalah Damaskus, Suriah. Seni pembuatan pedang
dengan teknologi tinggi dalam peradaban Islam dimulai pada abad ke-9 M.
Sejarawan Al-Qalqashandi dalam buku berjudul, Subh Al-A’sha, menuturkan
pada abad ke-12 M Damaskus menjadi sentra pengolahan besi dan baja yang
sangat termasyhur.
Pada
masa itu, Damaskus berada dalam kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Ibnu
Asakir (wafat pada 1177 M) dalam bukunya berjudul, Sejarah Kota
Damaskus, juga mengisahkan kota yang sempat menjadi ibu kota Dinasti
Umayyah pada abad ke-7 M dan 8 M itu sebagai pusat pembuatan pedang yang
kesohor.
Baja Damaskus dikenal sangat keras dan teksturnya yang indah dihiasi
ornamen garis bergelombang (firind). Pedang buatan Damaskus yang kerap
disebut sebagai pedang Persia sangat lentur dan ulet. Kehebatan pedang
dari dunia Islam sempat membuat peradaban Barat terperangah dan
terkagum-kagum.
Salah satu faktor penyebab kekalahan pasukan Tentara Perang Salib
dari Eropa ketika bertempur melawan tentara Muslim adalah peralatan
tempur. Selain memiliki kuda-kuda yang tangguh di medan perang, pasukan
tentara Muslim juga dilengkapi dengan pedang yang mampu membelah manusia
dengan satu kali tebasan.
Pedang Persia sungguh sangat mengagumkan. Ia mampu memotong sutra
yang dijatuhkan dari udara. Tak cuma itu, pedang buatan Damaskus juga
sanggup mematahkan bilah pedang lain atau batu tanpa hilang
ketajamannya. Alkisah, saat Perang Salib berkecamuk, Raja Richard The
Lionheart sempat memamerkan kehebatan pedangnya kepada Salahudin
Al-Ayubi—panglima pasukan tentara Muslim.
Dengan penuh arogan Richard menebaskan pedangnya pada sebuah baja.
Dalam satu kali tebas an, pedang Richard ‘Berhati Singa’ mampu membelah
baja itu. Salahudin pun tersenyum dan ke mu dian melemparkan kain sutra
ke uda ra. Lalu, pedang yang disandang nya dihunuskan. Ketika me nge nai
bilah pedang Saladin, kain sutra itu terpotong menjadi dua.
Kisah itu menunjukkan betapa pedang yang dibuat peradaban Islam
sungguh luar biasa tajamnya. Saat Perang Salib itulah, peradaban Barat
mulai mencari rahasia teknologi tempa baja yang dikuasai dunia Islam.
Tentara Perang Salib menyebut baja yang hebat dari Damaskus itu dengan
sebutan Damascus Steel. Teknologi pengolahan besi dan baja Damaskus
kesohor karena mampu menempa dan mengeraskan wootz steel menjadi indah
dan lentur.
Seni membuat pedang di era kejayaan Islam mendapat perhatian khusus
dari peradaban Barat. Secara khusus, Robert Hoyland dan Brian Gilmore
menulis buku bertajuk, Medieval Islamic Swords and Swordmaking. Buku
setebal 216 halaman itu mengupas risalah yang ditulis ulama Muslim
terkemuka pada abad ke-9, M Ya’qub Ibnu Ishaq Al-Kindi, tentang ‘Pedang
dan Ragam Jenisnya’.
Risalah yang ditulis Al-Kindi itu berisi informasi teknologi
pembuatan pedang. Secara khusus, Al- Kindi juga mengklarifikasi beragam
jenis besi dan baja untuk membuat pedang. “Pedang itu terbuat dari dua
jenis besi, yakni alami (yang ditambang) dan tak alami (buatan),” papar
Al-Kindi.
Besi alami, menurut Al-Kindi, terbagi menjadi dua. Ada yang dinamakan
Shaburqan atau besi laki-laki—ini adalah jenis besi keras yang diolah
dalam kondisi panas. Jenis yang kedua adalah Narmahin atau besi
perempuan— ini adalah besi yang lembek yang tak dapat diolah dalam
kondisi panas.
“Pedang dapat ditempa dari salah satu jenis besi ini atau gabungan
keduanya,” ungkap Al- Kindi. Karena itu, menurut Al- Kindi, pedang yang
terbuat dari besi alami terbagi menjadi tiga jenis: shaburqani,
narmahani, dan gabungan keduanya. Al-Kindi menyebut besi yang tak alami
sebagai fuladh.
Besi buatan atau tak alami terbuat dari proses penyulingan dan
pemurnian. Besi jenis ini juga dikenal sangat kuat, fleksibel, dan dapat
diolah dalam keadaan panas. Al-Kindi membagi kualitas besi ke dalam
tiga jenis. “Kualitas besi itu terbagi menjadi tiga macam; antique
(kuno), modern, nonantique (tak kuno), dan nonmodern (tak modern).
‘’Pedang dapat ditempa dari semua jenis besi dan baja ini,” ungkap
Al-Kindi. Menurut Al- Kindi, jenis besi atau baja yang paling
berkualitas tinggi adalah jenis antique (kuno). “Antique tak ada
kaitannya dengan waktu atau usia, namun itu mengindikasikan kemurnian
kualitas.” Menurut dia, pedang yang berkualitas tinggi itu terbuat dari
besi atau baja jenis antique.
Kualitas pedang antique juga terbagi menjadi tiga jenis. Yang paling
berkualitas tinggi dinamakan Yemenite. Kualitas nomor dua disebut Qal’i
dan yang ketiga disebut Indian. Pada era kejayaan Islam, pedang-pedang
yang dibuat para pandai besi di dunia Islam juga ada yang bahannya
diimpor dari Sarandib (kini wilayah Srilanka). Sedangkan pedang asli
dari dunia Muslim, besi dan bajanya berasal dari Khurasan, Basrah,
Damaskus, Mesir, dan Kufah.
Ilmuwan Muslim lainnya yang menguasai teknologi pembuatan pedang
adalah Abu Al-Raihan Al- Biruni (973 M-1048 M). Secara khusus, ia
menulis kitab berjudul, Al-Jamahir fi ma`rifat al-jawahir. Dalam
karyanya itu, Al-Biruni menggambarkan proses karbonisasi besi tempa dan
pembuatan baja dari besi tuang.
Kitab lainnya yang mengupas tentang pembuatan pedang adalah Kitab
Al-hadid (Kitab tentang Besi) yang ditulis Al-Jildaki. Ahli kimia asal
Mesir itu mengungkapkan begitu banyak informasi seputar tingkat
kemampuan masyarakat Muslim di era keemasan dalam pengolahan besi dan
baja.
Prof Ahmad Y Al-Hassan dalam tulisannya berjudul, The Origin of
Damascus Steel In Arabic Sources, mengungkapkan hampir semua pedang di
dunia Islam terbuat dari ‘Besi Damaskus’. Salah satu ciri khas pedang
dari Damaskus dihiasi dengan pola hias (firind). Menurut Al-Kindi,
firind dapat ditemukan dalam semua jenis besi buatan. Sedangkan, pedang
yang terbuat dari besi alami tak memiliki pola hias atau firind.
Al-Biruni dalam kitabnya Al-jamahir secara menarik menjelaskan latar
belakang dibalik pembuatan pola hias pada pedang.
Besi dalam Alquran
Besi mendapat tempat yang khusus dalam kitab suci Alquran. Secara
khusus, surat ke-57 mengambil nama Al-Hadidyang berarti besi. Kata
Al-Hadiddiambil dari ayat 25 surat tersebut. Dalam ayat itu, Alquran
secara jelas mengungkapkan bahwa besi memiliki kekuatan dan sangat
bermanfaat bagi manusia. Dengan besi itu, umat Islam bisa menolong agama
Allah.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
buktibukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya,
padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS Al-Hadid: ayat
25).Selain itu, Alquran juga menggambarkan proses pengolahan besi. Dalam
surat Al-Khafi (gua) ayat 96 Allah SWT berfirman, “Berilah aku
potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan
kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain, “Tiuplah (api itu).”
Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun
berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke
atas besi panas itu”.
Teknologi pengolahan besi tampaknya telah dikuasai manusia sejak
zaman Nabi Daud AS. Hal itu terungkap dalam surat Al- Anbiyaa’
(Nabi-nabi) ayat 80. Dalam surat itu Allah SWT berfirman, “Dan telah
Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara
kamu dalam peperanganmu. Maka, hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).
Fakta lainnya yang menyebutkan pengolahan besi yang telah berkembang
di zaman Nabi Daud AS juga dengan diungkapkan dalam surat Saba’ (Kaum
Saba) ayat 10. “Dan sesungguhnya telah Kami berikan ke pada Daud karunia
dari Kami. (Kami berfirman), “Hai gunung-gunung dan burung-bu rung,
bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud,” dan Kami telah melunakkan
besi untuknya.”
Dalam surat Saba’ ayat 11, Alquran juga memerintahkan dan menjelaskan
cara membuat baju besi. “Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah
anyamannya, dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat
apa yang kamu kerjakan.”
Paling tidak, terdapat sembilan ayat dalam Alquran yang membahas dan
menjelaskan tentang besi. “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung
dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat
tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang
memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu
dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu
agar kamu berserah diri (kepada-Nya). (QS An-Nahl: ayat 81).
Saturday, August 10, 2013
History of Damascus Steel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment