Sebelum
ditemukan bom atom, senjata kimia, pesawat tempur, tank, ataupun
senapan dan meriam, manusia berperang satu sama lain menggunakan pedang
sebagai senjata utama selama beberapa abad. Untuk alasan itulah sebuah
pedang yang kuat namun ringan untuk digunakan menjadi sebuah benda yang
sangat berharga untuk menentukan hidup dan mati seseorang di dalam
peperangan.
Tapi tahukah Anda bahwa pedang yang paling
kuat di dunia (menurut para ahli di Eropa) bukanlah pedang katana yang
digunakan oleh para samurai di jaman feodal Jepang (seperti yang sering
kita lihat di televisi dan film), tapi adalah pedang serdadu Muslim yang
dibuat di Damaskus, Syria, dan lebih dikenal dengan nama pedang
Damaskus (Damascus sword). Para tentara salib mengakui bahwa mereka
kesulitan untuk mengalahkan serdadu-serdadu Muslim yang salah satu
faktor penentunya adalah adanya pedang ini.
Pedang Damaskus dibuat pada periode 900 – 1800 M, dimana setelah
periode ini, ilmu pembuatan pedang tersebut seperti hilang ditelan bumi
dan tidak ada seorang pun yang mampu membuat pedang dengan kemampuan
sejenis. Saat ini, untuk dapat melihat lebih dekat tentang
pedang Damaskus, para peneliti dan ilmuwan selalu mencari
referensi ke beberapa museum di eropa dan amerika yang masih menyimpan
contoh-contoh kebesaran pedang tersebut.Apa yang menyebabkan pedang Damaskus menjadi sangat terkenal dengan kekuatannya (terkenal mampu menembus perisai dan baju zirah tentara eropa) namun tidak mudah retak/pecah? Jawabannya ada pada penggunaan ilmu yang saat ini sedang menjadi tren, yaitu penerapan nanoteknologi bahan impurities (non-besi dan non-carbon) dalam adonan baja yang membentuk pola mirip aliran air yang dikenal dengan Multi Walled Carbon Nano Tube.
Baja merupakan hasil campuran homogen dari bahan dasar besi ditambahkan dengan bahan carbon. Semakin tinggi kandungan carbon (2% atau lebih), maka baja akan menjadi sangat keras dan kuat, namun akan sangat mudah retak/pecah. Sebaliknya, sedikit campuran carbon (kurang atau sama dengan 0.5%) membuat baja menjadi anti retak (high durability) namun sangat lunak, dapat ditekuk namun tingkat elastisitasnya akan dapat berkurang (modulus young rendah).
Lalu, apabila sebuah baja lunak (kadar carbon 0.5%) diberi kadar impurities (biasanya bahan vanadium atau titanium untuk membentuk Carbon Nano Tube), maka kekuatannya akan meningkat hingga 20 kali lipat sekaligus dapat meningkatkan kemampuan lentur baja hingga 6-10 kali (mencegah retak).
Dengan paduan bahan yang tepat, dipadu dengan pembentukan dan pemanasan berulang kali (kurang lebih 20 kali siklus) serta pengaturan temperatur yang akurat, maka sebuah pedang Damaskus bisa kita dapatkan. Namun siapakah kira-kira orang pertama di abad ini yang mampu menyingkap misteri pembuatan pedang umat Islam yang terkenal tersebut? Adalah seorang profesor metalurgi dari Iowa State University bernama John D. Verhoeven yang memulai penelitian ini sejak tahun 1982, yang berkolaborasi dengan Alfred H. Pendray, seorang tukang besi dari Florida yang tertarik untuk mencoba membuat pedang Damaskus selama bertahun-tahun. (RR)
0 comments:
Post a Comment